C. Adab-adab Wuquf
1. Bertolak dari Mina pada pagi hari kesembilan menuju Namirah dengan melalui jalur Dhabb sebagaimana oleh Nabi saw.
2. Mandi sebelum tergelincirnya matahari untuk wuquf di Arafah. Hal ini disyariatkan termasuk bagi wanita yang sedang haidh dan nifas.
3. Wuquf di tempat wuqufnya Rasulullah saw di cadas besar yang terhampar di bawah bukit rahmat yang berada di tengah-tengah Arafah.
4. Banyak dzikir dan berdoa sambil menghadapi kiblat di tempat wuquf hingga terbenamnya matahari.
5. Bertolak dari Arafah melalui jalur Ma’zimain, bukan jalur Dhabb yang dilalui saat kedatangan, karena diantara petunjuk Rasulullah saw adalah datang melalui suatu jalur dan pergi melalui jalur lain.
6. Tenang dan tidak tergesa-gesa dalam berjalan, hal ini berdasarkan sabda Nabi saw : “hai manusia hendaklah kalian tenang, karena kebaikan itu bukan dengan ketergesa-gesaan.”(`HR.Ahmad [21239]).
7. Banyak membaca talbiyah diperjalanan menuju Mina, arafah, Mudzalifah dan Mina lagi hingga melontarjumrah aqobah.
8. Mengambil tujuh kerikil dari Mudzalifah untuk melontar jumrah aqabah.
9. Beranjak dari Muzdalifah setelah fajar menyingsing dan sebelum terbitnya matahari.
10. Mempercepat jalan di bathni Muhassir dengan menggencangkan larinya tungganan atau menekan pedal gas kendaraan sekitar cepatnya lemparan batu jika tidak khawatir menimbulkan bahaya.
11. Melontar jumrah aqabah antara terbitnya matahari hingga tergelincir.
12. Mengucapkan “Allahu akbar” pada setiap lontaran kerikil.
13. Langsung menyembelih hadyu atau menyaksikan penyembelihan dan mengucapkan. (allahumma haadza minka wailaika, allahumma taqobbal minni kama taqobalta min ibrohiima kholilika). Ini diucapkan setelah mengucapkan “allahu akbar”
14. Memakan bagian dari hadyunya, karena nabi saw memakan hati hewan qurbannya dan hadyunya.
15. Berjalan kaki menuju tempat pelontaran ketiga jumrah pada hari-hari tasyriq.
16. Mengucapkan allahu akbar pada setiap lontaran kerikil dan mengucapkan : “Allahummaj’alhu hajjan mabruuran wa sa’yan maskuuran wa dzanban maghfuuran”.(HR.Ahmad).
17. Berdiri untuk berdoa sambil menghadapi kiblat setelah melontarkan jumrah pertama dan kedua, tanpa yang ketiga, karena (pada yang ketiga) tidak disunahkan berdoa padanya, sebab Nabi saw hanya melontarnya lalu beranjak.
18. Melontar jumrah aqobah dari dasar lembah dengan posisi menghadap ke arahnya, sementara Ka’bah di arah kirinya dan Mina di arah kanannya.
19. Ucapan saat bertolak dari Makkah : ayibuuna taaibuuna ‘abiduuna lirobbina haamiduuna, shodaqallahu wa’dahu wanashoro abdahu wa nashoro ‘abdahu wa hazamal ahzaaba wahdahu.
(kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji Rabb kami. Allah benar janjiNya, telah membela hambaNya dan mengalahkan golongan-golongan musuh sendirian). (HR. Al-Bukhari) demikian ini diucapkan oleh Nabi saw saat meninggalkan Makkah.
B. Sunah-sunah Wuquf
1. Keluar menuju Mina pada hari tarwiyah, yaitu pada hari kedelapan Dzulhijjah dan bermalam disana pada malam kesembilannya, serta tidak keluar dari Mina kecuali setelah terbitnya matahari sehingga bisa melaksanakan sholat waktu di sana.
2. Berada di Namirah setelah telah tergelincirnya matahari serta melaksanakan sholat dhzuhur dan ashar secara jama’ dan qashar bersama imam.
3. Mendatangi tempat wuquf di arofah setelah melaksanakan shalat zhuhur dan ashar bersama imam yang dilanjutkan dengan wuquf sambil terus berdzikir dan berdoa’ sehingga terbenam matahari.
4. Menunda pelaksanaan shlat maghrib hinggan mencapai Mudzalifah, lalu melaksanakan shalat maghribdan Isya secara jama’ takhir.
5. Wuquf sambil menghadapi kiblat sambil berdzikir dan berdo’a di masy’aril haram “bukit Quzah” hingga pajar menyingsing.
6. Berurutan dalam pelaksanaan melontar jumrah aqobah, menyembelih, mencukur, dan thawaf ifadhah.
7. Melaksanakan thawaf ifadhah pada hari nahar sebelum terbenamnya matahari.
Rukun ini mempunyai kewajiban-kewajiban dan sunah-sunah serta adab-adab yang menyempurnakan pelaksanaannya, yaitu :
A. Kewajiban wuquf
1. Hadir di arafah pada hari kesembilan dzulhijjah setelah tergelincirnya matahari hingga terbenam.
2. Bermalam di Mud\zdalifah setelah bertolakdari arafah pada malam kesepuluh dzulhijah.
3. Melontar jumrah Aqabah pada hari naha (10 Dzulhijjah)
4. Mencukur atau memendekan rambut kepala setelah melontar jumroh aqobah pada hari nahar.
5. Bermalam di Mina tiga malam, yaitu : malam kesebelas, keduabelas dan ketigabelas, atau dua malam bagi yang terburu-buru, yaitu malam kesebelas dan kedua belas.
6. Melontar ketiga jumroh setelah tergelincirnya matahari setiap hari selama hari-hari tasyriq, yang tiga itu, atau yang dua hari tersebut.
Catatan :
Dalil-dalil kewajiban-kewajiban tersebut adalah perbuatan Nabi saw yang mana beliau telah menegaskan dalam sabdanya,
“Hendaklah kalian mengikutiku dalam melaksanakan manasik kalian”.(HR.Muslim [1297])
“Berhajilah kalian sebagaimana kalian melihatku berhaji.”(ash-shahih)
“Berdirilah kalian mensya’irkan kalian, karena sesungguhnya kalian berada di atas salah satu jejak bapak kalian, Ibrahim.”(HR. At-Tirmidzi [883] dan dihasankannya)
Wuquf di Arafah
Wuquf di Arafah adalah rukun haji yang keempat, hal ini berdasarkan sabda Nabi saw : alhajju ‘arofatun (inti haji adalah wuquf di arafah.” (HR. Ahmad [1829] dan at-Tirmidzi [889], hadist shohih).
Prakteknya adalah : hadir ditempat yang bernama arafah selama sesaat atau lebih dengan niat wuquf setelah waktu dhuhur pada hari kesembilan Dzulhijjah hingga terbit fajar hari kesepuluhnya.
C. Adab-adab sa’i
1. Keluar untuk melaksanakan sa’i dari pintu shafa’ (innas shofa walmarwah mins syairillah...(Al-Baqarah :158)
2. Orang yang melakukan sa’i hendaknya dalam keadaan suci. Melakukan sa’i dengan berjalan kaki jika mampu melakukan hal itu tanpa mendapat kesulitan.
3. Memperbanyak dzikir dan doa, menyibukan diri dengan dzikri dan doa’ bukan dengan yang lainnya.
4. Menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan dan menjaga lidahnya dari perkataan yang keji.
5. Orang yang melkuakan sai’ tidak boleh mnyakiti orang lain baik itu dengan jamaah atau bukan dengan jemaahnya baik itun perkataan maupun perbuatan.
6. Menghadirkan dirinya sebagai kehinaannya, ketergantungan dan harapannya hanyalah kepada Allah agar Dia memberi petunjuk ke dalam hatinya, mensucikan jiwanya dan memperbaiki keadaanya.